Melanjutkan kisah hidupku di Tiongkok..
Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, aku sempat sakit karena puasa di Tiongkok dan kelelahan. Indeed, I celebrated Eid in KBRI Beijing. Masih sakit saat itu, but I would do my best to come for the sake of eating sate padang :p itu adalah pertama kalinya aku merayakan Idul Fitri jauh dari orang tua dan dalam keadaan sakit.
Dan juga, di KBRI setiap Jumat mengadakan buka bersama sehingga orang Indonesia yang tinggal di Tiongkok tetap merasakan indahnya Ramadan bersama orang-orang asli dari kampung halaman. Aku sempat datang di buka bersama di Kedutaan, dan dengan kemampuan sksd ku *lagi* aku berkenalan dengan beberapa mahasiswa-mahasiswi di Tiongkok sekaligus ketua PPI Tiongkok wkwkwkwk. If I did not do that, I definitely would spend my whole month in Beijing feeling alone :") disitu juga aku berkenalan dengan mba Diyah, I let you know about her later.
Aku magang di sektor Politik di KBRI Beijing, working with such great diplomats :') terimakasih banyak Bu Renny, Pak Fefen, Pak Wahono dan Pak Arief telah mengajarkan Ratih banyak sekali hal. Though I was literally nervous working with them on my first week hiks..
In front of Indonesian Embassy in Beijing |
Untuk menuju ke KBRI Beijing, dari rumah biasanya aku naik bus. Only 3 stops and yap! Dan untuk satu kali jalan menggunakan bus, hanya membutuhkan 1 yuan (atau 2000 rupiah) untuk yang memiliki Beijing Transportation Card, dan untuk yang membayar tunai harganya akan menjadi 2 yuan. Tidak setiap hari aku menaiki bus, sebenarnya. Tetapi memang aku lebih sering menaiki bus daripada kendaraan lainnya. Pada hari pertamaku menuju ke Kedutaan (awal baru pindah ke rumah mba Ratna), aku dan tante Yola menuju ke Kedutaan menaiki moti. Tante Yola called it "moti" then so do I.. hehe. Moti adalah motor kecil tetapi seperti taksi (once again, I'm not good at describing smth). Selain itu, aku pun menaiki taksi di Beijing untuk ke Kedutaan. Biasanya aku naik taksi kalau sedang hujan. Karena repot kalau naik bus dan sedang hujan ke kantor.
Dan aku menaiki subway kalau aku mau menuju ke tempat wisata saja, dan biaya menaiki subway satu kali perjalanan adalah 3 sampai 7 yuan kalau tidak salah, tergantung jarak. Tetapi biasanya aku membayar 5 yuan. Untuk kalian yang berencana mengunjungi Beijing dan ingin berkunjung ke KBRI, KBRI Beijing berada di dekat Agricultural Exhibition Center Station line 10.
Dan aku menaiki subway kalau aku mau menuju ke tempat wisata saja, dan biaya menaiki subway satu kali perjalanan adalah 3 sampai 7 yuan kalau tidak salah, tergantung jarak. Tetapi biasanya aku membayar 5 yuan. Untuk kalian yang berencana mengunjungi Beijing dan ingin berkunjung ke KBRI, KBRI Beijing berada di dekat Agricultural Exhibition Center Station line 10.
I said it was summer, but it was not dry. Tipikal hujan di Tiongkok adalah tidak deras, tetapi bisa all day long. Do prepare to bring umbrella although you're visiting on summer! Beijing pun banjir meskipun hujan tidak deras. I brought my sandals to office because I was takut kebanjiran -_-
Aku juga akan bercerita kalau selama aku tinggal di Tiongkok, I most probably not eating pork intentionally. Karena untuk makan pagi, aku biasanya cuma makan roti beberapa dan makan siang aku catering di Kedutaan dan makan malam kadang-kadang diajak keluar oleh staff KBRI yang lain. Aku hanya makan chinese food pada hari-hari awalku tinggal di Tiongkok dan juga hari terakhir di Tiongkok. Chinese dumplings and hot pot in China were damn good! Mamaku sempat ketakutan kalau aku tinggal di Tiongkok karena kemampuan Mandarinku yang terbatas (bahkan nggak bisa baca hanzhi sama sekali), tetapi aku baik-baik saja. Bagaimana tidak, aku magang di KBRI yang notabene hampir semua staffnya adalah orang Indonesia dan aku tinggal bersama staff KBRI yang keseluruhannya adalah orang Indonesia. Frankly speaking, I always asked them to speak Chinese because I'm way too nervous to implement my Chinese in the real world.
Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku hanya pergi jalan-jalan saat weekend though I can say that I have free time at nights but I prefer to stay at home karena aku pribadi kurang suka pergi sampai malam. Jangan heran, I went out at 6am and back home at around 10pm every weekend. Dan aku tidak pergi sendirian di Beijing, hahaha nggak berani dan dilarang keras bahkan sama teman Chinese "because it is Beijing". Tapi mungkin kalau di masa depan aku diberikan kesempatan mengunjungi Beijing lagi, aku akan melakukannya somehow aku sudah lebih familiar dengan lingkungan di Beijing.
Aku baru sempat mengunjungi Great Wall of China di minggu ke-2 aku tinggal di Beijing. Great Wall trip is a one day trip.. cukup melelahkan. Seharusnya aku bisa menaiki kereta saat perjalanan berangkat menuju Great Wall. But the tickets were sold out even its 8am (it's on weekend and summer holiday FYI). Sehingga saat perjalanan berangkat, aku harus menaiki kendaraan lain yaitu bus. Hanya 6 yuan untuk 3 jam perjalanan. Ah ya, aku pergi ke Great Wall bersama mba Diyah (calon dokter asal Lombok yang punya wajah Chinese hihi), dan 2 kakak dari Google yang dikenalkan mba Diyah kepadaku; Bang Imdad dan mba Ierene. I owe them a lot. Untuk masuk ke Great Wall, membutuhkan biaya sekitar 40 yuan each person. Tetapi karena aku dan mba Diyah masih memiliki student card, thus we got half price of it! (I used my UGM card and it still useful in China so I got half price on every place). I recommend you to do this, child. Aku mengunjungi Great Wall bagian Badaling. Badaling Great Wall. Aku berangkat sejak jam 8 pagi dan baru memasuki gate dari Badaling pada jam 3 sore. I could say that my Great Wall trip was almost totally free. Dears Bang Imdad dan mba Ierene, you shouldn't have to do that tbh :(
Aku dan kakak-kakak keluar dari Great Wall sekitar hampir jam 6 sore, dan benar-benar mengejar kereta terakhir dari Great Wall menuju ke "kota" yang bernama S2 line. Pertama kali aku mengunjungi Great Wall dan itu sangat sangat ramai. Well, aku mengantri 2 jam hanya untuk mendapatkan bus untuk menuju Great Wall dan kereta S2 line sangat penuh sesak saat perjalananku pulang. But no worries, I have experienced the real image of China because of that.. :)
Di minggu ke-3 aku hanya sempat mengunjungi Old Summer Palace atau Yuanmingyuan Park. Old Summer Palace terkenal dengan serpihan bangunan artistik nya yang terlihat seperti di Eropa. Old Summer Palace sangat luas, itupun kata orang-orang tidak seluas (New) Summer Palace. Aku memutuskan untuk mengunjungi Old Summer Palace karena kata orang-orang pun lebih menarik, dan sejujurnya aku memang belum ada niatan mengunjungi Summer Palace for some reason.. I recommend you to hire a boat if you visit (new) Summer Palace. Karena setelah perjalananku di Old Summer Palace aku bahkan tidak kuat untuk sekedar berdiri di subway dan pada akhirnya menaiki taksi.
Saat weekend terakhir di Beijing aku sudah tidak lagi mengunjungi tempat wisata. Ini saatnya aku membeli oleh-oleh. Well, aku tipe orang yang membeli oleh-oleh di akhir perjalanan jadi yah.. :) meskipun demikian, I have allocated my money for buying gifts. Aku membeli oleh oleh di Hong Qiao, berada dekat sekali dengan Temple of Heaven, tentunya bersama mba Diyah. Aku membawa ransel jansport dan sepulang dari situ tas jansport itu sangat penuh (jansport muat banyak sekali barang ya teman-teman :)) ) dan packaging oleh-oleh dari Tiongkok kebanyakan menggunakan box. Itu sebenarnya yang memakan tempat lebih banyak di koper. Dan aku mendapatkan oleh-oleh sangat banyak dengan harga yang sangat masuk akal berkat bakat menawar (dengan bahasa Chinese) yang di miliki mba Diyah.
Ah, ya! Aku masih mendapatkan satu kali perjalanan pada malam harinya ke Bird's Nest Beijing, that famous Olympic Stadium in Beijing.. dan disitu juga aku benar-benar melihat smog in real life. Bukan lagi smog yang aku lihat di foto-foto tentang Beijing (if you search "Beijing smog" on google). Bu Vita dan suaminya pun bilang bahwa aku sakit mungkin disebabkan oleh kabut asap yang kadang tak terlihat tapi berbahaya itu. Bagaimanapun itu sudah jauh lebih baik dibandingkan 2 tahun belakangan. Aku melihat di depan mataku sendiri apa yang telah aku tulis untuk paper International Environmental Law semester kemarin. (you see my eagerness about China). Jangan lupa bawa masker ya teman-teman just in case!
Bagi kalian yang memiliki Beijing Transportation Card, kartu tersebut dapat juga digunakan untuk berbelanja di supermarket loh. Jadi kalian nggak usah repot-repot mengeluarkan cash kalau memang saldo disitu cukup. (aku hanya menyimpan sekitar 40 yuan di kartu pertama ku yang kemudian hilang di Old Summer Palace, dan 30 yuan di kartu terakhirku). Kebetulan aku tinggal di dekat supermarket. Sehingga di hari-hari terakhirku di Beijing aku menggunakan kartu tersebut untuk berbelanja di supermarket. Jinkelong namanya. Not sure whether it applies to another city or not, since I can't compare because I only visited Beijing..
Aku pulang dari Tiongkok dengan bahagia, salah satu mimpiku telah tercapai. Setelah ratusan penolakan, setelah ratusan pertimbangan yang selalu menggagalkanku untuk berangkat ke Tiongkok, setelah ratusan percobaan untuk menuju ke sana. But yea, opportunity comes when the time is right..
dan aku pun pulang ke Indonesia dengan koper yang sangat penuh, sangat penuh untungnya tidak melebihi batas maksimal bagasi. Aku tidak membeli banyak barang untuk diriku sendiri saat di Beijing, kebanyakan hanya oleh-oleh yang tentunya semuanya akan di bagikan. Dan koperku tetap penuh, berisi oleh-oleh yang diberikan oleh ibu-ibu Kedutaan :')
Aku masih bermimpi untuk ke Tiongkok lagi, tetapi untuk travelling. Hong Kong SAR and Taiwan SAR probably would be my next consideration! See you in the near future, China. With you. :P
Yogyakarta, 23 November 2016
In Great Wall of China at Badaling |
Aku dan kakak-kakak keluar dari Great Wall sekitar hampir jam 6 sore, dan benar-benar mengejar kereta terakhir dari Great Wall menuju ke "kota" yang bernama S2 line. Pertama kali aku mengunjungi Great Wall dan itu sangat sangat ramai. Well, aku mengantri 2 jam hanya untuk mendapatkan bus untuk menuju Great Wall dan kereta S2 line sangat penuh sesak saat perjalananku pulang. But no worries, I have experienced the real image of China because of that.. :)
Di minggu ke-3 aku hanya sempat mengunjungi Old Summer Palace atau Yuanmingyuan Park. Old Summer Palace terkenal dengan serpihan bangunan artistik nya yang terlihat seperti di Eropa. Old Summer Palace sangat luas, itupun kata orang-orang tidak seluas (New) Summer Palace. Aku memutuskan untuk mengunjungi Old Summer Palace karena kata orang-orang pun lebih menarik, dan sejujurnya aku memang belum ada niatan mengunjungi Summer Palace for some reason.. I recommend you to hire a boat if you visit (new) Summer Palace. Karena setelah perjalananku di Old Summer Palace aku bahkan tidak kuat untuk sekedar berdiri di subway dan pada akhirnya menaiki taksi.
Saat weekend terakhir di Beijing aku sudah tidak lagi mengunjungi tempat wisata. Ini saatnya aku membeli oleh-oleh. Well, aku tipe orang yang membeli oleh-oleh di akhir perjalanan jadi yah.. :) meskipun demikian, I have allocated my money for buying gifts. Aku membeli oleh oleh di Hong Qiao, berada dekat sekali dengan Temple of Heaven, tentunya bersama mba Diyah. Aku membawa ransel jansport dan sepulang dari situ tas jansport itu sangat penuh (jansport muat banyak sekali barang ya teman-teman :)) ) dan packaging oleh-oleh dari Tiongkok kebanyakan menggunakan box. Itu sebenarnya yang memakan tempat lebih banyak di koper. Dan aku mendapatkan oleh-oleh sangat banyak dengan harga yang sangat masuk akal berkat bakat menawar (dengan bahasa Chinese) yang di miliki mba Diyah.
Ah, ya! Aku masih mendapatkan satu kali perjalanan pada malam harinya ke Bird's Nest Beijing, that famous Olympic Stadium in Beijing.. dan disitu juga aku benar-benar melihat smog in real life. Bukan lagi smog yang aku lihat di foto-foto tentang Beijing (if you search "Beijing smog" on google). Bu Vita dan suaminya pun bilang bahwa aku sakit mungkin disebabkan oleh kabut asap yang kadang tak terlihat tapi berbahaya itu. Bagaimanapun itu sudah jauh lebih baik dibandingkan 2 tahun belakangan. Aku melihat di depan mataku sendiri apa yang telah aku tulis untuk paper International Environmental Law semester kemarin. (you see my eagerness about China). Jangan lupa bawa masker ya teman-teman just in case!
Bagi kalian yang memiliki Beijing Transportation Card, kartu tersebut dapat juga digunakan untuk berbelanja di supermarket loh. Jadi kalian nggak usah repot-repot mengeluarkan cash kalau memang saldo disitu cukup. (aku hanya menyimpan sekitar 40 yuan di kartu pertama ku yang kemudian hilang di Old Summer Palace, dan 30 yuan di kartu terakhirku). Kebetulan aku tinggal di dekat supermarket. Sehingga di hari-hari terakhirku di Beijing aku menggunakan kartu tersebut untuk berbelanja di supermarket. Jinkelong namanya. Not sure whether it applies to another city or not, since I can't compare because I only visited Beijing..
Aku pulang dari Tiongkok dengan bahagia, salah satu mimpiku telah tercapai. Setelah ratusan penolakan, setelah ratusan pertimbangan yang selalu menggagalkanku untuk berangkat ke Tiongkok, setelah ratusan percobaan untuk menuju ke sana. But yea, opportunity comes when the time is right..
dan aku pun pulang ke Indonesia dengan koper yang sangat penuh, sangat penuh untungnya tidak melebihi batas maksimal bagasi. Aku tidak membeli banyak barang untuk diriku sendiri saat di Beijing, kebanyakan hanya oleh-oleh yang tentunya semuanya akan di bagikan. Dan koperku tetap penuh, berisi oleh-oleh yang diberikan oleh ibu-ibu Kedutaan :')
Aku masih bermimpi untuk ke Tiongkok lagi, tetapi untuk travelling. Hong Kong SAR and Taiwan SAR probably would be my next consideration! See you in the near future, China. With you. :P
Taken at Beijing Capital Int'l Airport - Terminal 3 |